Tasawuf, Irfani, dan Dialektika Pengetahuan Islam
DOI:
https://doi.org/10.47945/tasamuh.v13i2.420Keywords:
Tasawuf, Epistemologi Islam, Irfani, Dialektika Pengetahuan IslamAbstract
Cita-cita para Sufi adalah berusaha untuk berperangai seperti perangai Tuhan. Ada sebuah ungkapan yang masyhur di kalangan Sufi, yakni takhallaq bi akhlaq Allah (berperangailah seperti perangai Allah). Tasawuf,dalam lintasan sejarahnya, telah mengalami perkembangan, mulai dari yang bersifat individual hingga yang bersifat terorganisir dalam bentuk suatu tarekat atau ribat Sufi tertentu, sehingga ia dapat menghadirkan tipe-tipe dari kebutuhan spiritual dan psikologis manusia. Dalam perspektif epistemology Islam, Tasawuf masuk dalam ranah nalar Irfani. Epistemologi ini merupakan suatu pengetahuan langsung (al-ru’yah al-mubasyirah) yang diperoleh lewat pengalaman intuitif melalui pendekatan kasyf (penyinaran hakikat oleh Tuhan). Oleh karenanya, validitas kebenarannya dikatakan oleh sebagian orang masih bersifat subjektif, karena masih mendasarkan pada pengalaman personal yang melakukan latihan spiritual. Meski demikian, pengalaman dan pengetahuan sufistik, dalam perspektif epistemologis, masih bias dipertanggunga jawabkan kebenarannya. Setidaknya, ada dua kriteria dalam menguji kebenaran Tasawuf. Pertama, pernyataan sufistik pada dasarnya dapat diuji kebenarannya melalui teori koherensi. Artinya, suatu pernyataan intuitif adalah benar jika pernyataan itu konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Kedua, pernyataan dan pengalaman sufistik juga dapat diuji kebenarannya melalui teori kebenaran pragmatis. Hal itu dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang mengikuti ajaran-ajaran tarekat Tasawuf tertentu sebagai upaya untuk menjernihkan hati dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sehingga, tarekat menjadi semacam sistem sufistik yang mempunyai manfaat praktis dalam upaya menyelami kedalaman spiritual untuk menggapai kehidupan yang lebih bahagia dan tentram. Selain itu, Tasawuf bukanlah sebuah tradisi yang muncul di luar Islam, melainkan tradisi yang tumbuh bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya peradaban Islam. Tasawuf telah banyak memberikan manfaat bagi perkembangan serta kematangan dalam tradisi intelektual Islam. Meski tradisi ini sering dianggap sebagai sebuah tradisi yang menyimpang dari Islam, namun kenyataannya ia adalah bagian yang substansif dalam Islam, yang mana Islam tanpanya kurang mencapai pada derajat yang luhur. Sebab tasawuf merupakan manifestasi konsep ihsan yang hakikatnya merupakan pelengkap sekaligus penyempurna iman dan islam.
Downloads
References
‘Abd al-Halim Mahmud, Qadiyyat al-Tasawwuf: al-Munqiz min al-Dalal, Cetakan III, (Kairo: Dar al-Ma’arif, t.th)
A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)
A.J Arberry, Sufism; an Account of the Mystics of Islam, (London: Unwin Paperbacks, 1979), h. 84-85
A.M.W. Pranarka, Epistemologi Dasar: Suatu Pengantar, (Jakarta: CSIS, 1987)
Abd al-Sattar Mutawalli, Adab al-Zuhd fi al-‘Asr al-‘Abbasi: Nasya`tuhu wa Tatawwuruhu wa Asyhar Rijalihi, (Mesir: al-Hai`at al-Misriyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1984)
Abu al-‘Ala‘Afifi, al-Tasawwuf; al-Tsaurah al-Ruhiyah fi al-Islam, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1963)
Abu al-Wafa al-Ghanimi Al-Taftazani, Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islami, terj. Ahmad Rofi’ Utsmani, Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka, 1985)
Abu Bakar Muhammad Al-Kalabazi, al-Ta’arruf li Mazhab Ahl al-Tasawwuf, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1993)
Galwus, Musthofa, al-Tasawuf fi al-Mizan, (Mesir: Dar al-Nahdat, t.th)
Abu Hamid Muhammad Al-Gazali, Ihya` ‘Ulumuddin, Volume: II, (Beirut: Dar al-Ma’rifat, t.th)
Abu Ishaq Al-Syatibi, al-I’tisam, Volume: II, (Saudi: Dar Ibn ‘Affan, 1992)
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, vol. III, Cetakan ke-6, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, t.t.)
Ahmad bin Muhammad al-‘Ajibah, Iqaz al-Himam fi Syarh al-Hikam, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1983)
Ahmad M. Subhi, Fi ‘Ilm al-Kalam; Dirasat Falsafiyah li Ara’I al-Firaq al-Islamiyah fi Ushuluddin, (Beirut: Dar al-Nahdhah al-Arabiyah, t.t.)
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai James, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994)
Al-Qusyairi, al-Risalah al-Qusyairiyyah, (Kairo: Dar al-Ma’arif, t.th)
Annemarie Schimmel, Mystical Dimensions of Islam, (USA: The University of North Carolina Press, 1975)
As’ad al-Sahmarani, al-Tasawwuf; Mansya`uhu wa Mustolahatuhu, (Beirut: Dar al-Nafa`is, 1987)
Fadlalla Haeri, Jenjang-Jenjang Sufisme (The Elements of Sufism), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000)
Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The Chicago University Press, 1979)
George Makdisi, Hanbalite Islam, dalam Merlin L. Swartz (ed.), Studies on Islam, (New York: Oxford University Press, 1981)
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran, Sejarah Analisa dan Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 2010)
Hasan Hanafi, Dari Akidah ke Revolusi (Min al-‘Aqidah ila al-Tsawrah), terj. Asep Usman Ismail, dkk., (Jakarta: Paramadina, 2003)
Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, vol. I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981)
Ihsan Muhammad Dahlan, Siraj al-Talibin Syarh Minhaj al-‘Abidin ila Jannat Rabb al-‘Alamin, volume: I, (Indonesia: Dar Ihya` al-Kutub al-‘Arabiyah, t.t.)
Ilyas Supena, Desain Ilmu-Ilmu Keislaman, (Semarang: Walisongo Press, 2008)
J. Spencer Trimingham, the Sufi Orders in Islam, (London: Oxford University Press, 1973)
Javad Nurbakhsy, Psikologi Sufi (Psychology of Sufism), (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 1998)
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001)
M. Amin Syukur dan Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf: Studi Intelektualisme Tasawuf al-Gazali, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf; Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999)
M. Jalal Syaraf, Dirasat fi al-Tasawwuf al-Islami; Syakhsiyyat wa Mazahib, (Beirut: Dar al-Nahdat al-‘Arabiyyat, 1984)
M. Muhsin Jamil, Tarekat dan Dinamika Sosial-Politik; Tafsir Sosial Sufi Nusantara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Muhammad bin Matar Al-Zahrani, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyyah: Nasya`tuhu wa Tat}awwuruhu min al-Qarn al-Awwal ila Nihayat al-Qarn al-Tasi’ al-Hijri, (al-Madinah al-Munawarah: Dar al-Khudairi, 1998)
Muhammad Mustafa Al-‘Azami, Dirasat fi al-Hadis al-Nabawi wa Tarih Tadwinihi, Jilid I, (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1992)
Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, 2005)
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006)
Murtadha Muthahhari, Pengantar Epistemologi Islam, (Jakarta: Shadra Press, 2010)
Reynold A. Nicholson, The Mystics of Islam, (London: G. Bell and Sons Ltd., 1914)
Robert Audi (general editor), The Cambridge Dictionary of Philosophy, 2nd edition, (Cambridge: Cambridge University Press, 1999)
Seyyed Hossein Nasr, Islam; Agama, Sejarah, dan Peradaban, terj. Koes Adiwidjajanto, Islam; Religion, History, and Civilization, (Surabaya: Risalah Gusti, 2003)
Seyyed Hossein Nasr, the Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam’s Mystical Tradition, (New York: HarperCollins, 2007)
Victoria Neufeldt (editor in chief), Webster's New World College Dictionary, 3rd edition, (USA: Macmillan, 1996)
William C. Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi: Ajaran-Ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi, (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2001)