Konflik Etno-Religius' di Indonesia Kontemporer Dalam Pandangan Orde Baru

Authors

  • Imam Iqbal UIN Sunnan Kalijaga Yogyakarta

Keywords:

SARA, Conflicts and Government Affairs

Abstract

Indonesia is destined to be a pluralistic country, both in terms of race, language, customs and religion. Conflicts nuances of ethnic, religious, racial, and inter-group (SARA) is one of the most vicious forms of violence. Historical development of Indonesian nationality colored nuances SARA number of conflicts. SARA nuanced conflict in the archipelago have taken place since the colonial era. Even the issue of SARA is pre-colonial heritage, typical Malay who has been there before Indonesia existed. Similarly, in the early days of independence in the days of the Old Order, conflicts SARA already surfaced. However, in two days, SARA issues arise naturally as a cultural dynamics of society. Unlike the two previous times, the regime tried to suppress racial issues systematically. During the New Order, brought up the issue of SARA into illicit goods into categories considered subversive by the government would be a source of division and disintegration of the nation. The New Order regime has been successful in establishing uniformity in all areas of life, so at that time, this nation seems to be a nation that is quiet, safe, but without real life. The New Order regime disclaims any form of turmoil in any small community, let alone the nuances SARA. Similar upheavals suppressed and hidden in dark corners are not covered by the public browse binoculars. By basing itself on the concept of state integrality, New Order imagined as a large family and the citizens should live in harmony and peace in harmony, harmony and balance. Unity in a unified equation is much more preferred than the difference diverse divisions that opened the gap. Various differences in aspirations and interests of social groups, ethnic and religious pressed discharged to the surface, for the sake of unity in the family of nations Indonesia.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ali Munhanif, “Prof. Dr. A. Mukti Ali: Modernisasi PolitikKeagamaan Orde Baru”, dalam Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Drs. Saiful Umam, MA (peny.), Menteri‐Menteri Agama RI.

Anas Saidi (ed.), Menekuk Agama, Membangun Tahta: Kebijakan Agama Orde Baru, (Jakarta: Desantara, 2004).

B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia 1945‐1970, (Jakarta: Grafiti Press, 1985).

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998). Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia pada masa pendudukan Jepang, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980).

Daniel Dhakidae, Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, 1900‐1942, (Jakarta: LP3ES, 1996).

Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional (Jakarta: Grafiti Pers, 1987).

Djoko Surjo dkk, Agama dan Perubahan Sosial: Studi tentang Hubungan antara Islam, Masyarakat dan Struktur Sosial Politik Indonesia (Yogykarta: LKPSM, 2001).

Hairus Salim, “Sejarah Kebijaksanaan Kerukunan”, dalam BASIS, No 01 – 02, Tahun ke‐53, Januari – Februari 2004.

Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 2004).

Jeremy R. Carrette, Religion and Culture by Michel Foucault (New York: Routledge, 1976).

Karel Steenbrink, Kawan Dalam Pertikaian: Kaum Kolonial Belanda dan Islam di Indonesia (1596–1942) Bandung: Mizan, 1995).

Kesaksian Hatta ditulis dalam bukunya, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, (Djakarta: Tintamas, 1969).

Khalil Abdul Karim, Quraisy min al‐Qabilah ila adDaulah a‐Markaziyah, terj. M. Faisol Fatawi, Hegemoni Quraisy: Agama, Budaya dan Kekuasaan (Yoyakarta: LKiS, 2002).

M. Syafi’i Anwar, “Catatan Kritis di Sekitar Piagam Jakarta: Seandainya Sejarah Bisa Diubah” dalam Zahra, Abu (ed.), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999).

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2006).

Masrur Ch. Jb., The History of Java: Sejarah Perjumpaan Agama‐Agama di Jawa (Yogyakarta: Ar‐Ruzz, 2004).

Masykuri Abdillah, “Alamsjah Ratu Perwiranegara: Stabilitas Nasional dan Kerukunan”, dalam Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Drs. Saiful Umam, MA (penyunting), Menteri‐Menteri Agama RI: Biografi Sosial‐Politik (Jakarta: INIS, PPIM, dan Balitbang Depag RI, 1998).

Mohamad Roem, “Lahirnya Pancasila”, dalam Haji A. Salim dan Mohamad Roem, Ketuhanan YME & Lahirnya Pancasila (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1977).

Mohammad Sabri, Keberagamaan yang Saling Menyapa (Yogyakarta: Ittiqa Press, 1999).

Robert Hefner, Civil Islam: Islam dan Demokratisasi di Indonesia (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi dan TAF, 2001).

Saafroedin Bahar, dkk (peny.), Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha‐ Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995).

Th. Sumartana “Agama, Politik dan Negara Perspektif Agama‐agama Abrahamik” dalam A. Munir Mulkhan dkk. Agama dan Negara: Perspektif Islam, Katholik, Hindu, Buddha, Konghucu, Protestan (Yogyakarta: Interfidei, 2002).

Tim Balitbang PGI (ed.), Meretas Jalan Teologi Agama‐Agama di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).

Trisno S. Sutanto dan Martin L. Sinaga (penyunting), Meretas Horison Dialog: Catatan dari Empat Daerah, (Jakarta: ISAI‐MADIA‐TAF, 2001).

UUD 1945 dalam Redaksi Sinar Grafika, UUD 1945 Setelah Diamandemen Kedua Tahun 2000 (Jakarta: Sinar Grafika), 2001

Downloads

Published

2017-04-03

How to Cite

Iqbal, I. (2017). Konflik Etno-Religius’ di Indonesia Kontemporer Dalam Pandangan Orde Baru. Tasamuh: Jurnal Studi Islam, 9(1), 1–24. Retrieved from https://e-jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Tasamuh/article/view/47